Musim pancaroba ternyata nggak cuma bikin tubuh gampang drop, tapi juga jadi waktu rawan untuk penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Data terbaru dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa angka kasus DBD melonjak di berbagai daerah secara signifikan sejak cuaca mulai nggak menentu.
Fenomena ini sebenarnya bukan hal baru. Setiap kali musim hujan berganti ke musim kemarau (atau sebaliknya), nyamuk Aedes aegypti yang jadi penyebab utama DBD punya “panggung” yang lebih besar untuk berkembang biak. Lingkungan yang lembap, genangan air, hingga minimnya cahaya matahari di beberapa wilayah bikin telur-telur nyamuk cepat menetas.
Kemenkes Keluarkan Imbauan Imbas Kasus DBD Melonjak
Melihat lonjakan kasus yang cukup mencemaskan, Kemenkes langsung turun tangan dan mengingatkan masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan. Salah satu poin utama dari imbauan ini adalah pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama di rumah dan sekitar tempat tinggal.
Menurut Kemenkes, langkah sederhana seperti menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air (seperti botol bekas, kaleng, atau ban) bisa sangat efektif untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk. Program 3M Plus yang sudah lama digaungkan sebenarnya masih jadi solusi yang paling relevan.
Selain itu, Kemenkes juga mengingatkan masyarakat untuk lebih peka terhadap gejala awal DBD. Mulai dari demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala hebat, hingga munculnya bintik-bintik merah di kulit. Kalau gejala ini muncul, jangan ditunda, langsung periksa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Mengapa Musim Pancaroba Jadi “Musim DBD”?
Banyak orang belum sadar bahwa musim pancaroba adalah waktu paling ideal buat nyamuk berkembang biak. Perubahan suhu dan kelembapan bikin telur nyamuk yang sebelumnya tertidur, tiba-tiba bisa menetas dalam waktu singkat. Dalam beberapa kasus, telur nyamuk bisa bertahan berbulan-bulan di tempat kering dan menetas begitu kena air hujan.
Belum lagi, saat cuaca mulai nggak menentu, kondisi tubuh manusia pun biasanya ikut menurun. Sistem imun jadi lebih lemah, dan ini bikin kita lebih rentan terkena berbagai penyakit, termasuk DBD.
Baca Juga:
Tips Meningkatkan Imunitas Tubuh Agar Terhindar Dari Penyakit Di Musim Pancaroba
Masyarakat Diminta Jangan Anggap Remeh
Sayangnya, karena DBD bukan hal baru, banyak orang yang masih menganggap penyakit ini biasa aja. Padahal, kalau nggak ditangani dengan cepat, DBD bisa berujung fatal. Data Kemenkes mencatat bahwa di beberapa daerah, angka kematian akibat DBD masih cukup tinggi, terutama di wilayah dengan akses layanan kesehatan yang terbatas.
Anak-anak dan lansia jadi kelompok paling rentan. Itu sebabnya, Kemenkes terus mengingatkan pentingnya upaya pencegahan aktif dari masyarakat. Jangan tunggu sampai ada korban, baru mulai bersih-bersih.
Tips Sederhana Cegah DBD di Rumah
Agar nggak jadi bagian dari statistik kasus DBD yang terus meningkat, berikut beberapa tips mudah yang bisa kamu terapkan di rumah:
-
Rutin Menguras dan Menutup Tempat Penampungan Air
Jangan tunggu seminggu sekali, idealnya 2–3 hari sekali cek dan bersihkan. -
Gunakan Kelambu atau Obat Anti Nyamuk
Terutama buat kamu yang tinggal di daerah rawan, ini bisa jadi penghalang pertama buat nyamuk masuk. -
Cek Barang Bekas di Sekitar Rumah
Ban bekas, botol kosong, pot tanaman yang menampung air semua itu tempat favorit nyamuk. -
Tanam Tanaman Pengusir Nyamuk
Serai wangi, lavender, dan tanaman lainnya bisa bantu mengurangi nyamuk secara alami. -
Aktif Ikut Gotong Royong atau Fogging
Kalau ada program fogging dari RT atau kelurahan, ikut aja. Nggak ada ruginya bantu jaga lingkungan bareng-bareng.
DBD memang bukan penyakit baru, tapi bahayanya tetap nyata. Musim pancaroba seperti sekarang ini menuntut kita buat lebih waspada, terutama dalam menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh. Jangan tunggu sakit dulu baru sadar pentingnya pencegahan. Karena pada akhirnya, mencegah selalu lebih baik (dan murah) daripada mengobati.